Bagaimana Menjadikan Hati Yang Qolbun Salim

  • Jul 22, 2022
  • Desa Bajur
  • Kegiatan Desa

Desa Bajur - Jum'at,  23 Juli 2022 Kajian Majlis Baiturrahman malam  ini diisi oleh Tgh. Mujtahidin yang merupakan seorang Tgh. Karismatik, kajian malam ini bertema," Menjadikan hati yang qolbun salim".

Dalam ceramahnya Tgh. Mujtahidin menjelaskan agar seorang mendapatkan hati yang qolbun salim yakni seorang muslim harus menjadikan hatinya menjadi, "Hati yang selalu merasa diawasi oleh Allah Swt., Hati yang selalu merasa qanaah, dan hati yang selalu bersabar dalam ketaatan."

1. Muraqabarullah
Muraqabarullah itu adalah mengondisikan diri merasa diawasi oleh Allah di setiap waktu kehidupan hingga akhir kehidupan. Allah melihat, mengetahui rahasia-rahasia, memperhatikan semua amal perbuatan, dan juga mengamati apa saja yang dikerjakan semua jiwa.

Allah berfirman, “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata.” (QS Yunus (10): 61)

Dalam ajaran Islam, muraqabatullah merupakan suatu kedudukan yang tinggi. Hadis menyebutkan bahwa muraqabatullah sejajar dengan tingkatan ihsan, yakni beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya dan jika kita tak mampu melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihat kita. (Muttafaq alaih)

2. Qanaah
Dalam kitab “al-Qanaah”, Ibnu Suni mendefinisikan qanaah sebagai sikap ridla dengan pembagian. Dikatakannya, seseorang yang bersikap qanaah adalah jika dia ridla. Maka, qanaah adalah meridlai apa yang Allah bagikan di dunia ini, baik sedikit ataupun banyak, dan memasrahkan segala urusan kepada-Nya.

Sikap qanaah lahir dari kesadaran diri bahwa yang menentukan besar kecilnya rezeki dan siapa saja yang dilapangkan maupun yang disempitkan rezekinya adalah Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS al-Israa (17):30)

Selain itu, sikap qanaah lahir dari kesadaran bahwa ukuran kemuliaan dan kekayaan seseorang tidak terletak dari banyak sedikitnya rezeki yang dimilikinya, melainkan dari sikap qanaah atas rezeki yang diterimanya. Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah segala yang haram, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik ibadahnya. Puaslah dengan setiap rezeki yang Allah berikan kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya.” (HR Tirmidzi, Ahmad Thabrani, Baihaqi, dan Abu Ya'la)

3. Sabar
Menjadi hamba yang taat tentunya membutuhkan kesabaran yang terus-menerus dan diusahakan bertambah dari hari ke hari. Karena sabar sangat dibutuhkan dalam beribadah kepada Allah, didalam menjalankan kewajibannya, sedekahnya dan dalam membina hubungan baik dengan sesama umat.
Dalam buku “Sabar Paling Dalam” karya Fajar Sulaiman diterangkan bahwa sabar merupakan sebuah seni dalam menjalani hidup yang sudah pasti tidak mudah. Dalamnya kesabaran merupakan kekuatan terhebat untuk menghadapi segala rintangan. Berserah diri kepada Tuhan menjadi cara agar beban menjadi ringan dan kaki tetap lincah melangkah menjelajahi hari-hari. Tidak perlu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain karena hanya akan membuat kita menjadi pribadi yang tidak pandai bersyukur. Padahal syukur adalah salah satu wujud dari sikap sabar, hargai hidup dengan tidak mengukur pencapaian kita dengan pencapaian orang lain. Karena terjalnya jalan dan tanjakan yang dilewati tentulah berbeda.

Semakin sulit jalan yang dilewati maka dibutuhkan kesabaran yang lebih tinggi. Cemooh dan ejekan akan mengiringi, namun sekali lagi sabar merupakan kunci utama untuk memperbaiki keadaan agar mampu membuktikan bahwa kehidupan kita tidak seburuk yang dipikirkan oleh orang lain. Tidak ada ujian datang kecuali untuk menguatkan, terimalah dengan sabar dan ikhlas. Ukuran sukses tidak mampu dinilai dengan materi ataupun pencapaian besar, namun lebih kepada seberapa besar kita menjadi orang yang bermanfaat dan selalu berusaha menjadi lebih baik. Jalani hidup dengan baik tanpa perlu merasa banyak kekurangan. Tidak masalah jika sampai sekarang kita belum mencapai kesuksesan. Suatu saat kita akan sampai pada fase menikmati hasil yang telah diusahakan. Bersyukur atas apa saja yang telah kita raih, dan tetapi bersabar untuk mengusahakan semua hal yang belum terwujud.