Nabi Musa a.s dan Kisah Sapi Betina

  • Feb 18, 2022
  • Desa Bajur
  • Kegiatan Desa

Desa Bajur - Jum'at, 18 Februari 2022 Kajian majlis baiturrahman malam ini di isi oleh Tgh. Musleh merupakan seorang Tgh. Karismatik, kajian malam ini bertema,"Nabi Musa a.s dan Kisah Sapi Betina." Kajian dihadiri oleh masyarakat Desa Bajur yang memenuhi masjid baiturrahman.
Tgh. Musleh menafsirkan makna surat Al-Baqarah melalui Salah satu peristiwa terkenal yang terjadi pada zaman Nabi Musa a.s adalah peristiwa sapi betina  yang kemudian oleh Allah SWT diabadikan menjadi nama surat terpanjang dalam Al-Qur’an yaitu Surat Al-Baqarah. Mengutip riwayat dari ‘Ubaidah as-Salmany, Ibn Katsir dalam Kitab Tafsirnya  (I:443) menuturkan di kalangan Bani Israil adalah seorang laki-laki kaya raya yang tidak punya anak.
Satu-satunya ahli warisnya adalah anak saudaranya. Barangkali tidak sabar menunggu untuk mendapatkan warisan, maka sang kemenakan membunuh pamannya.
Kemudian malam-malam dia mengangkat dan meletakkan jenazah pamannya itu di depan rumah seseorang dari Bani Israil. Besoknya sebagian masyarakat menuduh yang punya rumahlah sebagai pembunuhnya. Yang lain menolaknya.
Sehingga terjadilah perdebatan dan pertengkaran. Seseorang mengusulkan agar mendatangi utusan Allah Musa dan menanyakan kepadanya siapa yang membunuh lelaki tersebut.
Mereka menyatakan: “Wahai Musa, engkau Nabi Allah, maka tanyakanlah kepada Allah siapa yang membunuh lelaki itu”. Lalu Nabi Musa memohon kepada Allah SWT. Allah SWT kemudian menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina. Allah SWT berfirman:
وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تَذۡبَحُواْ بَقَرَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَتَّخِذُنَا هُزُوٗاۖ قَالَ أَعُوذُ بِٱللَّهِ أَنۡ أَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٦٧  
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”. (Q.S. Al-Baqarah 2:67)
Mendapatkan perintah untuk menyembelih sapi betina, mereka langsung memberikan reaksi negatif. Mereka menuduh Musa mempermainkan atau mengolok-olok mereka. Barangkali dalam pikiran mereka, apa hubungannya mencari sang pembunuh dengan menyembelih seekor sapi betina. Sekalipun sudah banyak peristiwa hebat-hebat dan luar biasa mereka lalui bersama Musa, tetap saja Bani Israil itu belum mempercayai Musa sepenuhnya.
Menerima tuduhan mengolok-olok, Musa berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang jahil. Karena orang jahil lah yang suka mengolok-olok orang lain. Musa berkata: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”.
Dipilihnya sapi untuk disembelih, bisa kita hubungkan dengan peristiwa penyembahan sebagian dari Bani Israil terhadap patuh anak lembu yang dibuat oleh Samiry. Untuk mengikis habis sisa-sisa kultus terhadap sapi dari hati dan pikiran mereka, maka mereka diperintahkan untuk menyembelih sapi.
Sebenarnya dengan mudah mereka bisa mencari seekor sapi mana saja, lalu menyembelihnya sesuai perintah Allah yang disampaikan oleh Musa. Tetapi mereka malah bertanya lagi tentang sifat sapi yang akan disembelih itu. Allah SWT berfirman:
قَالُواْ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَۚ قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٞ لَّا فَارِضٞ وَلَا بِكۡرٌ عَوَانُۢ بَيۡنَ ذَٰلِكَۖ فَٱفۡعَلُواْ مَا تُؤۡمَرُونَ ٦٨  
“Mereka menjawab: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. (Q.S. Al-Baqarah 2:68)
Perhatikan kembali kalimat yang mereka gunakan: “mohonkanlah kepada Tuhanmu…” seolah-olah Allah SWT itu hanya Tuhannya Nabi Musa semata, bukan Tuhan mereka juga. Penggunaan kalimat kamu, bukan kita atau Tuhan saja menunjukkan masih berjaraknya hati mereka dengan Tuhan.
Setelah dijelaskan sapi yang akan disembelih adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda, apakah mereka langsung mencarinya? Ternyata tidak. Mereka malah tanya lagi warnanya apa. Allah SWT berfirman:
قَالُواْ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا لَوۡنُهَاۚ قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٞ صَفۡرَآءُ فَاقِعٞ لَّوۡنُهَا تَسُرُّ ٱلنَّٰظِرِينَ ٦٩   
“Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” (Q.S. Al-Baqaah 2:69)
Dengan terus bertanya, tugas mereka menjadi semakin berat. Tetapi mereka tidak menyadari itu, sehingga terus bertanya lagi, sapi kuning yang bagaimana yang harus mereka sembelih? Allah SWT berfirman:
قَالُواْ ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ إِنَّ ٱلۡبَقَرَ تَشَٰبَهَ عَلَيۡنَا وَإِنَّآ إِن شَآءَ ٱللَّهُ لَمُهۡتَدُونَ ٧٠  
“Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).” (Q.S. Al-Baqaah 2:70)
Mereka tidak segera menjalankan perintah, tapi malah bertanya terus. Sebenarnya sudah cukup jelas sifat sapi yang harus mereka cari. Yaitu sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, berwana kuning menyenangkan. Cukup jelas sebenarnya, tapi dasar mereka tidak punya sikap patuh dan percaya sepenuhnya kepada Musa, mereka tanya terus. Akhirnya ditambahkan satu sifat lagi dari sapi betina yang harus mereka cari dan sembelih. Allah SWT berfirman:
قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٞ لَّا ذَلُولٞ تُثِيرُ ٱلۡأَرۡضَ وَلَا تَسۡقِي ٱلۡحَرۡثَ مُسَلَّمَةٞ لَّا شِيَةَ فِيهَاۚ قَالُواْ ٱلۡـَٰٔنَ جِئۡتَ بِٱلۡحَقِّۚ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُواْ يَفۡعَلُونَ ٧١  
“Musa berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.” Mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.” (Q.S. Al-Baqaah 2:71)
Gara-gara banyak bertanya yang tidak perlu, tugas yang tadinya sederhana dan mudah dilaksanakan berubah jadi sulit. Semakin banyak mereka bertanya semakin berat tugasnya. Al-Qur’an menyatakan, betapa sulitnya mencari sapi betina yang sesuai dengan sifat yang disebutkan Allah SWT. Hampir-hampir mereka tidak dapat melaksanakan perintah itu.